BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN REFERAT
UNIVERSITAS PATTIMURA MEI 2016
HUBUNGAN HYPERBARIC OXYGEN THERAPY DENGAN TULI SENSORINEURAL MENDADAK DAN TINITUS
Disusun oleh:
Maynel Christianti Palyama (2009-83-001)
Irma Gabrelliana Siahainenia (2009-83-010)
Chelsy Simatauw (2009-83-032)
Fahrianis Laitupa (2009-83-027)
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA
PIRU
2016
HUBUNGAN HYPERBARIC OXYGEN THERAPY DENGAN TULI SENSORINEURAL MENDADAK DAN TINITUS
I. TULI SENSORINEURAL MENDADAK (SUDDEN SENSORINEURAL HEARING LOSS/SSNHL)
A. DEFINISI
Tuli mendadak atau sudden sensorineural hearing loss (SSNHL) didefinisikan sebagai bentuk sensasi subjektif kehilangan pendengaran sensorineural pada satu atau kedua telinga yang berlangsung secara cepat dalam periode 72 jam, dengan kriteria audiometri berupa penurunan pendengaran ≥30 dB sekurang-kurangnya pada 3 frekuensi berturut-turut, yang menunjukkan adanya abnormalitas pada koklea, saraf auditorik, atau pusat persepsi dan pengolahan impuls pada korteks auditorik di otak. Jika penyebab tuli mendadak tidak dapat diidentifikasi setelah pemeriksaan yang adekuat, disebut idiopathic sudden sensorineural hearing loss (ISSNHL).1 Keparahan tuli mendadak berdasarkan derajat penurunan pendengaran, menurut WHO, terbagi atas beberapa tingkatan sebagaimana tersaji dalam tabel berikut.
Tabel 1 Derajat penurunan pendengaran menurut klasifikasi WHO2
B. EPIDEMIOLOGI
Kasus baru tuli mendadak atau sudden sensorineural hearing loss (SSNHL) dilaporkan sebanyak 15,000 diseluruh dunia terhitung sekitar 1% dari semua kasus sensorineural hearing loss.3 Meskipun semua usia dapat dipengaruhi, insiden puncak tuli sensorineural mendadak antara dekade kelima dan keenam. Kejadiannya sama antara perempuan dan laki-laki.4
Kehilangan pendengaran sebagian besar biasanya unilateral (kurang dari 2% yang memiliki keterlibatan bilateral). Gejala yang muncul antara lain tinnitus (41%-90%), pusing (29%-56%) atau atau sensasi ringan disorientasi spasial muncul pada 50% dari kasus. Tinnitus digambarkan sebagai perasaan suara terus-menerus atau intermiten), dan telinga terasa penuh. Banyak pasien melaporkan pertama kali kehilangan pendengaran ketika bangun tidur. Kehilangan pendengaran bisa saja ringan dan terbatas dalam frequency range atau dapat total.3,4
C. ETIOLOGI DAN PATOGENESIS
Penyebab tuli mendadak masih belum diketahui secara jelas; banyak teori dugaan penyebab yang dikemukakan oleh para ahli. Sebuah data memperkirakan 1% kasus tuli mendadak disebabkan oleh kelainan retrokoklea yang berhubungan dengan vestibular schwannoma, penyakit demielinisasi, atau stroke, 10-15% kasus lainnya disebabkan oleh penyakit Meniere, trauma, penyakit autoimun, sifilis, penyakit Lyme, atau fistula perilimfe. Dalam praktik, 85-90% kasus tuli mendadak bersifat idiopatik yang etiopatogenesisnya tidak diketahui pasti.1,5,6 Dalam sebuah systematic review, diuraikan beberapa kemungkinan penyebab tuli mendadak, yaitu idiopatik (71%), penyakit infeksi (12,8%), penyakit telinga (4,7%), trauma (4,2%), vaskular dan hematologik (2,8%), neoplasma (2,3%), serta penyebab lainnya (2,2%).7 Ada empat teori utama yang mencoba menjelaskan penyebab tuli mendadak, yakni infeksi virus, kelainan vaskular, kerusakan membran intrakoklea, dan kelainan imunologi.8
• Infeksi virus
Meskipun sampai saat ini masih belum ditemukan bukti kuat, infeksi virus dianggap sebagai salah satu penyebab tuli mendadak. Sebuah studi oleh Wilson (1986) menunjukkan adanya hubungan antara infeksi virus dengan kejadian tuli mendadak. Dalam studi ini, ditemukan tingkat serokonversi untuk virus herpes secara signifikan lebih tinggi pada populasi pasien tuli mendadak. Pada studi lain, dilakukan pemeriksaan histopatologi tulang temporal dan ditemukan kerusakan pada koklea yang konsisten dengan infeksi virus. Terdapat pula temuan lain, seperti hilangnya sel rambut dan sel penyokong, atrofi membran tektoria, atrofi stria vaskularis, dan hilangnya sel neuron, yang berhubungan dengan mumps virus, maternal rubella, dan virus campak.9,10
• Kelainan vaskular
Iskemia koklea merupakan penyebab utama tuli mendadak. Koklea memperoleh asupan darah dari arteri labirintin atau arteri auditiva interna. Pembuluh darah ini merupakan end artery yang tidak memiliki vaskularisasi kolateral, sehingga jika terganggu dapat mengakibatkan kerusakan koklea. Kelainan yang menyebabkan iskemia koklea atau oklusi pembuluh darah—seperti trombosis atau embolus, vasopasme, atau berkurangnya aliran darah—dapat mengakibatkan degenerasi luas sel ganglion stria vaskularis dan ligament spiralis yang diikuti pembentukan jaringan ikat dan penulangan. 9,10
• Kerusakan membran intrakoklea
Terdapat membran tipis yang memisahkan telinga dalam dari telinga tengah dan ada membran halus yang memisahkan ruang perilimfe dengan endolimfe dalam koklea. Robekan salah satu atau kedua membran tersebut secara teoretis dapat menyebabkan tuli sensorineural. Kebocoran cairan perilimfe ke dalam telinga tengah melalui tingkap bundar dan tingkap lonjong didalilkan sebagai penyebab ketulian dengan membentuk hidrops endolimfe relatif atau menyebabkan robeknya membran intrakoklea. Robekan membran intrakoklea memungkinkan terjadinya percampuran perilimfe dan endolimfe sehingga mengubah potensial endokoklea. Teori ini diakui oleh Simmons, Goodhill, dan Harris, dengan pembuktian histologi yang didokumentasikan oleh Gussen.9
• Kelainan imunologi
Tuli sensorineural yang disebabkan oleh proses autoimun diperkenalkan oleh McCabe pada tahun 1979.3 Pada kondisi ini, ditemukan adanya kehilangan pendengaran progresif. Adanya aktivitas imun pada koklea mendukung konsep teori ini. Gangguan pendengaran pada sindrom Cogan, SLE, dan kelainan reumatik autoimun lainnya telah lama diketahui. Sebagai pendukung lain teori ini, terdapat sebuah studi prospektif pada 51 pasien tuli mendadak dan ditemukan beberapa kelainan yang berkaitan dengan sistem imun (multiple immune-mediated disorders).9,11
D. GEJALA KLINIS
Keluhan pasien pada umumnya berupa hilangnya pendengaran pada satu sisi telinga saat bangun tidur.12 Sebagian besar kasus bersifat unilateral, hanya 1-2% kasus bilateral.9 Kejadian hilangnya pendengaran dapat bersifat tiba-tiba, berangsur-angsur hilang secara stabil atau terjadi secara cepat dan progresif. Kehilangan pendengaran bisa bersifat fluktuatif, tetapi sebagian besar bersifat stabil. Tuli mendadak ini sering disertai dengan keluhan sensasi penuh pada telinga dengan atau tanpa tinitus; terkadang didahului oleh timbulnya tinitus.12 Selain itu, pada 28-57% pasien dapat ditemukan gangguan vestibular, seperti vertigo atau disequilibrium.13
E. DIAGNOSIS
Menurut AAO-HNS (American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery) guideline, langkah pertama diagnosis tuli mendadak adalah membedakan tuli sensorineural dan tuli konduktif melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, tes penala, pemeriksaan audiometri, dan pemeriksaan penunjang lainnya. Ketulian atau hearing loss diklasifikasikan menjadi tuli konduktif, tuli sensorineural, atau campuran. Tuli konduktif disebabkan oleh abnormalitas telinga luar, membran timpani, rongga udara telinga tengah, atau tulang pendengaran, struktur yang menghantarkan gelombang suara ke koklea. Sementara itu, tuli sensorineural disebabkan oleh adanya abnormalitas koklea, saraf auditorik, dan struktur lain yang mengolah impuls neural ke korteks auditorik di otak.
Tuli konduktif dan tuli sensorineural memerlukan penanganan yang sangat berbeda. Sebagai contoh, tuli konduktif yang terjadi akibat impaksi serumen dapat ditangani dengan evakuasi serumen, lain halnya dengan penanganan pada tuli sensorineural yang lebih kompleks karena penyebabnya sering tidak diketahui.1,10
Pada anamnesis ditanyakan onset dan proses terjadinya ketulian (berlangsung tiba-tiba, progresif cepat atau lambat, fluktuatif, atau stabil), persepsi subjektif pasien mengenai derajat ketulian, serta sifat ketulian (unilateral atau bilateral). Selain itu, ditanyakan juga gejala yang menyertai seperti sensasi penuh pada telinga, tinitus, vertigo, disequilibrium, otalgia, otorea, nyeri kepala, keluhan neurologis, dan keluhan sistemik lainnya. Riwayat trauma, konsumsi obat-obat ototoksik, operasi dan penyakit sebelumnya, pekerjaan dan pajanan terhadap kebisingan, serta faktor predisposisi lain yang penting juga perlu ditanyakan.1,10,12
Pada pemeriksaan fisik, dilakukan inspeksi saluran telinga dan membran timpani untuk membedakan tuli konduktif dan tuli sensorineural. Penyebab tuli konduktif berupa impaksi serumen, otitis media, benda asing, perforasi membran timpani, otitis eksterna yang menyebabkan edema saluran telinga, otosklerosis, trauma, dan kolesteatoma. Sebagian besar kondisi ini dapat didiagnosis dengan pemeriksaan otoskopi. Di lain pihak, pemeriksaan otoskopi pada pasien tuli sensorineural hampir selalu mendapatkan hasil normal. Pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan neurologis juga dilakukan, terutama pada pasien dengan tuli mendadak bilateral, tuli mendadak dengan episode rekuren, dan tuli mendadak dengan defisit neurologis fokal, untuk mencari kelainan serta penyakit penyerta lainnya.1,6,13
Selain itu, dapat dilakukan pemeriksaan hum test dan tes penala untuk membantu klinisi membedakan tuli konduktif dan tuli sensorineural sebelum dilakukan pemeriksaan audiometri. Pada hum test, pasien diminta bersenandung dan kemudian memberitahu apakah suara didengar lebih keras di satu telinga atau sama di keduanya. Pada tuli konduktif, suara akan terdengar lebih keras pada telinga yang sakit, sebaliknya pada tuli sensorineural suara akan terdengar lebih keras pada telinga yang sehat. Menurut AAO-HNS guideline, tes penala dapat digunakan untuk konfirmasi temuan audiometri. Tes penala berupa tes Weber dan tes Rinne dilakukan dengan alat bantu garpu tala 256 Hz atau 512Hz juga melihat ada tidaknya lateralisasi ke salah satu sisi telinga.1,13
Gambar 1 Tes Weber dan tes Rinne1,13
Pemeriksaan audiometri lengkap, termasuk audiometri nada murni, audiometri tutur (speech audiometry) dan audiometri impedans (timpanometri dan pemeriksaan refl eks akustik), merupakan pemeriksaan yang wajib dilakukan dalam mendiagnosis tuli mendadak.1,6,13 Hal ini sesuai dengan salah satu kriteria definisi tuli mendadak menurut NIDCD 2003, yakni terdapat penurunan pendengaran ≥30 dB sekurang-kurangnya pada 3 frekuensi berturut-turut pada pemeriksaan audiometri.1,14
Pemeriksaan audiometri diperlukan untuk membuktikan ketulian dan menentukan derajat penurunan pendengaran. Hantaran tulang dan hantaran udara dalam audiometri nada murni membantu menentukan jenis ketulian, baik tuli konduktif, tuli sensorineural, maupun tuli campuran (Gambar 2). Audiometri tutur dapat digunakan untuk memverifikasi hasil audiometri nada murni. Timpanometri dan pemeriksaan refleks akustik juga dapat membedakan tuli konduktif dan tuli sensorineural serta memberikan petunjuk tambahan untuk etiologi. Timpanometri dapat membantu dalam mengeksklusi kemungkinan adanya komponen konduktif pada pasien dengan penurunan pendengaran sangat berat.12
Gambar 2 Audiogram standar yang memperlihatkan tuli sensorineural telinga kiri.13
Pemeriksaan laboratorium dilakukan berdasarkan keluhan dan riwayat pasien serta kemungkinan etiologi. Pemeriksaan laboratorium rutin tidak spesifik tidak direkomendasikan sebab jarang terbukti membantu menentukan etiologi tuli mendadak (Tabel 2).1,9,12
Tabel 2 Pemeriksaan laboratorium pada tuli mendadak.9
Pemeriksaan auditory brainstem response (ABR) dapat memberikan informasi tambahan mengenai sistem auditorik. Pemeriksaan ABR ini berguna mengevaluasi kemungkinan etiologi retrokoklea dan dapat digunakan untuk menetapkan ambang batas pendengaran pada pasien yang sulit diperiksa, seperti anak-anak, orang tua, dan malingerers. Pemeriksaan ABR memiliki sensitivitas tinggi dalam mendeteksi lesi retrokoklea, tetapi terbatas hanya untuk mendeteksi vestibular schwannoma yang berukuran lebih dari 1 cm. Sensitivitas ABR untuk mendeteksi vestibular schwannoma ukuran kecil sekitar 8-42%; saat ini menurun bila dibandingkan dengan akurasi diagnostic pencitraan resonansi magnetik (MRI). 1,9,12
Pemeriksaan MRI merupakan baku emas diagnosis vestibular schwannoma. Pemeriksaan MRI dengan Gadolinium dinilai memiliki sensitivitas tinggi dan digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan abnormalitas retrokoklea, seperti neoplasma, stroke, atau penyakit demielinisasi. Pada pasien dengan alat pacu jantung, implant logam, dan klaustrofobia, yang menjadi kontraindikasi pemeriksaan MRI, dapat dilakukan alternatif lain berupa pemeriksaan tomografi komputer (CT Scan), pemeriksaan ABR, atau keduanya; kedua pemeriksaan ini memiliki sensitivitas lebih rendah dibandingkan MRI dalam mendeteksi kelainan retrokoklea.13
F. DIAGNOSIS BANDING
Tabel 3. Diagnosis banding tuli mendadak.9,12
E. TATA LAKSANA
Gambar 3 Penanganan tuli mendadak.13
Kortikosteroid sistemik
Berbagai penelitian penggunaan kortikosteroid pada pasien tuli mendadak telah dipublikasikan. Terdapat bukti laboratorium yang menunjukkan adanya cascade inflamasi kematian sel pada pasien tuli mendadak, yang dimodifikasi oleh terapi steroid. Kortikosteroid yang diberikan adalah glukokortikoid sintetik oral, intravena, dan/atau intratimpani, meliputi prednison, metilprednisolon, dan deksametason. Kortikosteroid diperkirakan memiliki efek antiinflamasi dan kemampuan dalam meningkatkan aliran darah koklea.1,8
Dewasa ini, standar pengobatan tuli mendadak adalah dengan tapering off kortikosteroid oral. Sebuah studi RCT (randomized controlled trial) membandingkan terapi steroid oral dengan plasebo pada 67 pasien, menunjukkan hasil perbaikan lebih signifikan pada kelompok pasien dengan terapi steroid oral dibandingkan kelompok pasien dengan plasebo (61% vs.32%, p <0 -="" .="" 10-14="" 10-24="" 100="" 10="" 110="" 11="" 15="" 170="" 1960="" 1970.="" 1998="" 1="" 2.338="" 20="" 23="" 27="" 28-65="" 28="" 2="" 30="" 31="" 38oc="" 3="" 453="" 46="" 48="" 4="" 50-60="" 58="" 5="" 60="" 6="" 7="" 80="" 86="" 8="" 90="" 9="" a.="" a2.="" aao-hns="" abel="" absolut="" absolute="" ada="" adalah="" adanya="" adriamycin="" aerob="" agen="" agregasi="" ahli="" ajarkan="" akan="" akhir="" akibat="" akrilik="" aktifitas="" alami="" alasan="" alat="" alergi="" aliran="" alkohol.="" alkohol="" alternatif="" anaerob="" angka="" antagonis="" antara="" anti="" antioksidan="" antitrombotik.="" antivirus.="" antivirus="" apakah="" api="" aplikasi="" appaix="" aritmia="" artritis="" asma="" ata="" atas="" atau="" atm="" atmosfer.25="" atmosfer="" atmosphere="" audiometri="" auditori.1="" awal="" awalnya="" b.="" badan="" bagi="" bagian="" bahan="" bahaya="" bahkan="" bahwa="" baik="" bakar="" bakteri="" bantu="" banyak="" banyaknya="" bar="" barotrauma="" barotruma="" baru="" bebas="" beberapa="" belum="" benapas="" berada="" berarti="" berasal="" berat="" berbagai="" berbeda.="" berespons="" berfungsi="" bergantung="" berhubungan="" berisiko="" berjalannya="" berkaitan="" berkembang="" berkeringat="" berkisar="" bermakna="" bernafas="" bernapas="" berperan="" berpotensi="" bersifat="" bertekanan="" bertujuan="" berupa="" bervariasi="" besar="" biasa="" biaya.="" bidang="" bila="" bisa="" bleomycin.="" boerema="" boleh="" buerger="" bukti="" buku="" bulan="" bundar="" buruk.="" c.="" c="" cairan="" cara="" cat="" cerebral="" chamber="" cincin="" claustropobhia="" cologne="" conlin="" controlled="" corti="" crush="" cukup="" d.="" daerah="" dahulu="" dalam.1="" dalam="" dan="" dapat="" darah="" dari="" daripada="" dasar="" data="" decompression="" defi="" definisi="" dekompresi.="" dekompresi="" deksametason="" dekstran="" demam="" demand="" dengan="" dengar="" deodoran="" derajat="" dermatologi="" di="" diabetes="" diabeticum="" diabetik="" diagnosis="" diantaranya="" diantisipasi="" diastole="" diatas="" dibandingkan="" dibawah="" diberi="" diberikan="" dibuat="" dicoba="" diderita="" didukung="" dievaluasi="" difusi="" digunakan="" diharapkan="" dihentikan="" diikuti="" dikaitkan="" diketahui="" dilakukan="" dilarang="" dilepas="" dilepaskan="" dimana="" dimasukkan="" dimediasi="" diminta="" dimulai.="" dini="" diobati="" diperkenalkan="" diperkirakan="" dipertimbangkan="" direkomendasikan="" disalurkan="" disarankan="" diseases="" disebabkan="" diserap="" disfungsi="" disinyalir="" ditangani.="" ditangani="" ditempatkan="" ditemukan="" diterapkan="" ditunda="" dizziness="" dkk.="" dkk="" dokter="" dosis="" dua="" durasi="" e1="" e="" edema.="" edema="" efek="" efektivitas="" ekstrak="" ekuivalen="" elektrofisiologi="" elektronik.="" elemen="" emboli="" emfisema="" empat="" energi.="" eritema="" eritematosus="" eritrosit="" evaluasi="" faktor="" farmakologi="" filipo="" flavones="" fleksibilitas="" fotosensitif="" fungsi="" fungsinya="" furuhashi="" g.="" gagal="" gangguan="" ganglion="" gangren="" gangrene="" gas="" gastritis="" gejala="" gelembung="" geriatri="" gi="" ginkgobiloba="" goresan="" guideline="" hairspray="" hal="" hamil="" hansen="" hanya="" hari.1="" hari.="" hari="" harus="" hasil="" hbot="" hematokrit="" hemodinamik="" hemoglobin.23="" hemoglobin.26="" hemoglobin="" hes="" hewan="" hingga="" hiperbarik.="" hiperbarik="" hiperglikemia.="" hiperlipidemia="" hipertensi="" hipoksia="" hipotensi="" hirup="" horn="" hubungan="" hydroxyethyl="" hyper="" hyperbaric="" ii.="" iii.="" ilmu="" imun.="" imunitas="" indikasi="" indikator="" infark="" infeksi="" inflamasi="" ini="" inisial.="" inisial="" inisiasi="" injury="" insomnia="" insulin-dependent="" interaksi="" intratimpani.="" intratimpani="" invasi="" ion="" iskemia="" iskemik.1="" iskemik.="" ispa="" istirahat="" itu="" jam="" jangan="" jarang="" jaringan.="" jaringan="" jarum="" jauh="" juga="" jumlah="" k="" kadar="" kaki.23="" kali="" kalung="" kan.="" kapiler.="" karbon="" karena="" kasus="" kata="" katarak="" katun="" ke="" keadaan="" kebakaran.="" kebakaran="" keberhasilan="" kebiasaan="" kebugaran="" kebutuhan="" kecacatan="" kecantikan="" kedalam="" kedalaman="" kedokteran.="" kedua="" kegagalan="" kegiatan="" kejang.1="" kejang="" kelainan="" kelautan:="" kembali="" kembalinya="" kemoterapi="" kemudian="" kenaikan="" kepala="" keparahan="" keracunan="" kerja="" kerjasama="" kerusakan="" kesehatan="" keseimbangan="" kesembuhan.="" ketika="" ketulian="" keuntungan="" kg="" kimiawi="" kita="" klasifikasi="" klaustrofobia="" klinis="" klinisi="" koklea.28="" koklea.="" koklea="" kombinasi="" kompartemen="" kompleks="" komplikasi="" komposisinya="" kondisi="" konsentrasi="" konsumsi="" kontak="" kontraindikasi23="" kontraindikasi="" kontribusi="" konvensional="" koran="" kornea.="" kortikosteroid="" kosmetik="" krimpel="" kriteria="" kuat="" kuku="" kuman="" kurang="" l="" labil="" lain-lain.="" lain-lain="" lain:="" lain="" lainnya.="" lainnya="" lamm="" langsung="" lanjut="" laten="" lebih.="" lebih="" lemah="" lensa="" lepra="" lesi="" leukosit="" lingkungan="" lipat="" lokal="" lotion="" luar="" luka="" lupus="" macam-macam="" majalah="" makan="" makanan="" maksimal="" maksimum="" mampu="" manfaat="" masih="" masuk="" maupun="" media="" medikasi="" medis="" mekanisme="" melakukan="" melalui="" melaporkan="" melarutkan="" melepaskan="" melibatkan="" melihat="" meliputi="" mellitus="" memakai="" memasok="" memasuki="" membandingkan="" membantu="" membawa="" memberikan="" membran="" membuktikan="" membunuh="" memburuk="" membutuhkan="" memelihara="" memengaruhi="" memerlukan="" memicu="" memiliki="" meminimalkan="" memobilisasi="" memperbaiki="" memproduksi="" mempublikasikan="" mempunyai="" memulai="" mencakup="" mencapai="" mencegah="" mendadak.1="" mendadak.="" mendadak="" mendapat="" mendapatkan="" mendemonstrasikan="" mendukung="" menekan="" menelan="" menemukan="" menentukan="" mengaktifkan="" mengalami="" mengandung="" menganjurkan="" mengarah="" mengenai="" mengevaluasi="" menggunakan="" menghambat="" menghantarkan="" menghasilkan="" menghentikan="" menghindari="" menghirup="" mengobati="" mengonsumsi="" menguasai="" mengungkap="" menguntungkan="" mengurangi="" menimbulkan="" meningkat.="" meningkat="" meningkatkan="" menit.="" menit="" menjadi="" menjalani="" mental="" mentransport="" menunjukkan="" menurun="" menurut="" menyebabkan="" menyebar="" menyimpulkan="" merah="" merangsang="" merekomendasikan="" merokoknya="" merupakan="" meskipun="" meta-analisis="" metaanalisis="" metabolisme="" metilprednisolon.="" metilprednisolon="" metode="" mg.1="" mg="" migran="" mikrosirkulasi="" mikrovaskuler="" minggu="" minimal.="" minimal="" minum="" minyak="" miokard="" miopati="" miringotomi="" ml="" mmhg="" monoksida="" mood="" morbus="" morfin="" mual="" muda="" mulai="" multidisiplin="" multipel="" muncul="" mungkin="" muntah="" murni="" myopia="" na="" naftidrofuril="" namun="" neural="" neuritis="" neuropati="" nilai-nilai="" nilai="" nisi="" nitrogen.="" nitrogen="" nodosum="" nomal="" normal.23="" normal="" nya="" o2="" obat-obat="" obat.1="" obat="" off="" ohno="" oksigen.="" oksigen="" oksigenasi="" olahraga="" oleh="" onset="" operasi="" oportunistik="" optik="" oral="" organ="" osteomielitis="" osteomyelitis="" osteonekrosis.1="" osteoporosis="" otalgia="" otitis="" pada="" pakaian="" pankreatitis="" parfum="" parnes="" parsial="" paru="" pasien.="" pasien="" pasokan="" pasti="" pejamu="" peka="" pelayanan="" pembengkakan.23="" pembentukan="" pemberian="" pembuluh="" pemeriksaan="" pemulihan.="" pemulihan="" penambahan="" pendengaran.16="" pendengaran.="" pendengaran.vertigo="" pendengaran="" penderita="" penelitian="" pengganti="" penggunaan="" penghambat="" penghantaran="" penghentian="" pengobatan="" peningkatan="" peningkatkan="" penting="" pentoksifilin="" penurunan="" penyakit-penyakit="" penyakit="" penyebab="" penyelaman="" penyembuhan="" peptikum="" perawatan.="" perawatan="" perbaikan="" perbedaan="" percikan="" percobaan="" perdarahan="" perforasi="" perhiasan="" perifer="" perilimfe="" perilymph="" perilymphatic="" perkembangan="" perlu="" permanen="" persiapan23="" persiapan="" pertama="" perubahan="" petroleum="" pilihan="" plasebo="" plasma.="" plasma="" plastik="" platelet.="" pneumothorax="" pompa="" potensi="" predisposisi="" prednison="" primer.="" prognosis="" proses="" prostaglandin="" psillas="" psoriasis="" pula="" pun="" radikal="" rambut="" randomized="" rct="" reaksi="" reaktivasi="" regimen="" rehabilitasi="" relatif.="" relatif="" rendahnya="" rentang="" representatif="" respons="" restorasi="" retensi="" review="" rheologic="" rheumatoid="" ringan="" risiko="" riwayat="" ruang="" ruangan="" rutin="" s="" saat="" saja.1="" salah="" salep="" salvage="" sampai="" samping.="" samping="" sangat="" saraf="" satu="" saturasi="" scleroderma="" sclerosis="" sebab="" sebagai="" sebagian="" sebaiknya="" sebelum="" sebenarnya="" sebesar="" sebuah="" secara="" sedang="" sehat="" sehingga="" seiring="" sejumlah="" sekitar="" sekunder="" sel="" selain="" selama="" sementara="" semua="" sensorik="" sensorineural="" seorang="" seperti="" serebral="" serotonin="" serta="" sesi="" setara="" setelah="" setiap="" sianida="" sickness="" signifi="" signifikan="" silinder="" sindroma="" sinus.27="" sinus="" sinusitis="" sisir="" sistem="" sistemik.1="" sistemik.="" sistemik.terapi="" sistemik="" sistolik="" spirale="" spontan.8="" sshl.="" sshl="" starch="" statistik.="" status="" steroid="" stria="" stroke="" studi="" suasana="" suatu="" subjektif="" substansi="" systematic="" tabel="" tabung="" tahun="" takut="" tambahan="" tangan="" tapering="" target="" tbc="" tekanan.="" tekanan="" tekanannya="" telah="" telinga="" tengah="" teoretis="" terapi.="" terapi="" terbentuk.="" terbuat="" terdapat="" terdiri="" tergantung="" terhadap="" terjadi="" terkontrol="" terlarut="" terlebih="" terpenes="" tersebut.1="" tersebut.="" tersebut="" tertentu="" tertutup="" tertututp="" terutama="" tetap="" tetapi="" therapy="" thorax="" tht="" tiap="" tidak="" tidaknya="" tiga="" timbulnya="" timpani="" timpanostomi="" tinggi.="" tinggi="" tingkap="" tingkat="" tinitus="" tobacco="" tohb="" total="" transpor="" transport="" transportasi="" trauma="" trial="" tromboksan="" trombolitik="" trombosit.="" trombosit="" tua="" tuberkulosis="" tubuh="" tujuan="" tuli="" tunggal="" udara="" ukuran="" ulang="" ulkus="" umum="" umumnya="" untuk="" usia="" valuasi="" vaskular="" vaskularis="" vasoaktif="" vasodilator.="" vasodilator="" vasokonstriksi="" vasospasme.="" vertigo="" vestibular="" virus.="" virus="" viskositas="" vitamin="" vulgaris="" waktu="" wanita="" waspada="" yaitu:="" yaitu="" yakni="" yang="" zat=""> 10 dB diperoleh 86% pasien, dan 14% hanya terjadi perbaikan minimal (<10 15="" 19="" 28="" 38="" 3="" 6="" 70="" 90="" ada="" akustik="" antara="" antioksidan="" apikal.="" apikal="" ata="" atau="" audiologi.="" bagian="" bahkan="" bahwa="" baik="" basal="" bebas="" berat="" besar="" bulan="" cukup.="" dalam="" dan="" dari="" daripada="" db="" dengan="" derajat="" di="" dibandingkan="" diinduksi="" dijelaskan="" dilakukan="" ditunda="" dkk.="" dkk="" enzim="" fakta="" fattori="" frekuensi="" g.="" gagal="" gangguan="" glutathione.="" hampir="" hanya="" hari="" hasil="" hbot.="" hbot="" hilangnya="" hubungan="" ini="" injeksi="" intratympanik="" jika="" juga="" karena="" kasus="" kategorisasi.="" keadaan="" kebisingan="" kehilangan="" kemampuan="" kemudian="" ketika="" klinis="" koklea="" konsentrasi="" kronis="" kurang="" lebih="" lokal="" median="" medis="" melaporkan="" melibatkan="" membaik="" memiliki="" memperlihatkan="" memperoleh="" memulai="" mendapat="" mendukung="" menemukan="" menerima="" mengalami="" menit="" menunjukkan="" menurut="" mereka="" mewakili="" minggu="" mungkin="" muzzi="" namun="" obat="" ohno="" oleh="" onset="" ototoksik="" pada="" pasien-pasien="" pasien="" pemulihan="" pendengaran.="" pendengaran="" pendengarannya.="" penelitian="" pengobatan="" peningkatan="" perbaikan="" praktek="" psillas="" radikal="" rambut="" rangsangan="" rentan="" ringan.="" saat="" sama="" sampai="" secara="" sehari-hari="" sel-sel="" selama="" seperti="" sering="" serupa="" sesi="" setelah="" signifikan="" sshl.="" sshl="" statistik="" steroid="" suara="" tanpa="" temuan="" terapi="" terdeteksi="" terhadap="" terjadi="" tetapi="" tidak="" timbulnya="" tinggi.="" tinggi="" toksik="" trauma="" untuk="" yang="">20 hari mengalami peningkatan pendengaran yang sama. Hasil yang serupa juga dilaporkan oleh Muzzi dkk. Dimana penundaan terapi <15 hari="">15 hari, <30 dan="" hari="">30 hari tidak menunjukkan perbedaan statistik hasil perbaikan pendengaran yang signifikan. Peneliti ini bahkan melaporkan 1 pasien yang sembuh total
102 hari setelah onset SSHL. Oleh karena itu, sulit untuk menentukan batasan waktu untuk perawatan HBOT, meskipun pedoman klinis terbaru yang diterbitkan oleh American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery merekomendasikan bahwa HBOT mungkin dipertimbangkan untuk digunakan dalam waktu tiga bulan setelah diagnosis. 28
Koklea normal dapat menghasilkan bunyi intensitas rendah tanpa stimulasi akustik (Gold, 1948). Tinnitus pada individu dengan pendengaran normal sering dikaitkan dengan derajat disfungsi koklea yang bervariasi (Jakes et al., 1986; Satar et al., 2003; Shim et al., 2009). Beberapa peneliti percaya bahwa tinitus dapat diukur secara objektif dengan spontaneous otoacoustic emissions (SOAEs), namun penelitian menunjukkan bahwa 38-60% individu dengan pendengaran normal juga bisa memiliki emisi yang terukur (Penner, 1990; Kim et al., 2010). 29
Membran tectorial dapat terjepit ke arah silia sel rambut dalam karena obat-obatan toksik atau suara keras. Perubahan ini dapat mengakibatkan depolarisasi pada sel-sel rambut bagian dalam (Jastreboff et al, 1996;. Baguley, 2002; Ricci, 2003). Frekuensi tinnitus yang terdengar biasanya sesuai dengan frekuensi kehilangan pendengaran. (Eggermont, 2003). kerusakan sel-sel rambut luar pada membran basilar kadang-kadang dapat menyebabkan timbulnya tinnitus (Lepage, 1987). Fungsi normal sel-sel rambut luar adalah untuk meningkatkan suara sebelum diterima oleh sel-sel rambut bagian dalam. Sel rambut luar juga memeriksa sensitivitas operating level dari sel rambut bagian dalam sel dengan menilai perbedaan antara suara yang ditransmisikan dan suara yang diinterpretasikan otak sebagai tidak ada suara (Baguley, 2002; Ricci, 2003). Ketika sel-sel rambut luar kehilangan mobilitasnya, mereka juga kehilangan kemampuan untuk mengontrol fungsi normal dari sel-sel rambut bagian dalam (Ricci, 2003). Hilangnya fungsi ini memodifikasi input yang normal sehingga apa yang biasanya diartikan sebagai normal kini dianggap sebagai tinnitus (Baguley, 2002).29
Pada korteks auditorik, semua frekuensi yang dipetakan secara tonotopical menunjukkan pengkodean dari frekuensi yang berbeda pada membran basilar. Pemetaan tonotopical mereorganisasi setelah cedera (Eggermont & Roberts, 2004); fungsi normal neuron korteks yang dimodifikasi, menyiratkan bahwa neuron ini tidak berespon terhadap frekuensi mereka sendiri atau dengan frekuensi pada area yang tidak terkena (Eggermont & Roberts, 2004).29
Kekurangan oksigen tampaknya penting dalam patogenesis tinnitus, oksigenasi hiperbarik (HBO2) tampaknya menjanjikan untuk meningkatkan tekanan parsial oksigen (PO2). Pernapasan 100% oksigen pada tekanan ambien tinggi menyebabkan oksigen larut dalam plasma dan dengan demikian meningkatkan PO2 sesuai dengan Hukum Henry. Jumlah setiap gas yang akan larut dalam cairan pada suhu tertentu adalah fungsi dari tekanan parsial gas dalam kontak dengan cairan dan koefisien kelarutan gas dalam cairan tertentu.30
Kekuatan pendorong untuk difusi oksigen dari kapiler ke jaringan dapat diperkirakan melalui perbedaan antara tekanan parsial oksigen di arteri dan vena kapiler. Perbedaan tekanan parsial oksigen dari arteri ke vena dari sistem kapiler adalah sekitar 37 kali lebih besar saat bernapas 100% oksigen pada 3,0 ATA dari udara pada 1,0 ATA.30
Koklea merupakan salah satu organ dengan kebutuhan oksigen tertinggi. Oleh karena itu, peningkatan PO2 di koklea dan terutama dalam cairan perilymphatic dan endolymphatic harus memiliki pengaruh yang kuat pada kondisi gangguan metabolik dari sel-sel sensorik telinga bagian dalam (14). Sel-sel ini kurang memiliki suplai darah langsung dan suplai oksigen benar-benar tergantung pada difusi (8) yang meningkat secara paralel dengan PO2 dalam plasma.31,32
Terapi HBO2 dapat mendukung jaringan dengan perfusi buruk dan hipoksia. Di bawah tekanan yang tinggi ini, jumlah oksigen yang cukup, bahkan tanpa adanya hemoglobin, untuk memasok jaringan tubuh dengan oksigen melalui difusi. Dengan peningkatan tekanan oxygen di telinga bagian dalam, adalah mungkin untuk mempengaruhi sel-sel pendengaran sensorik (sel-sel rambut dalam dan luar) dan serabut saraf auditoriperifer. Sel-sel ini tidak memiliki pasokan vaskular langsung dan sepenuhnya bergantung pada oksigen yang disediakan oleh difusi. Selama paparan HBO2, oksigenasi dalam koklea meningkat 460- 600% dan masih 60% di atas normal satu jam setelah penghentian therapy. Peningkatan tekanan oksigen dapat mengkompensasi kekurangan oksigen dan menimbulkan mekanisme biologis yang dapat memfasilitasi perbaikan jaringan dan vaskular Selain itu, terapi HBO2 telah terbukti meningkatkan hemorheology dengan menyebabkan penurunan hematokrit, penurunan agregasi platelet, dan peningkatan fleksibilitas eritrosit. Hiperoksia juga telah terbukti mengurangi edema dengan mengurangi permeabilitas pembuluh darah dan menyebabkan vasokonstriksi cepat dan signifikan.31,32
Menariknya, pasien dengan tinnitus bernada rendah mendapatkan manfaat yang lebih besar dari terapi HBO2 daripada mereka yang menderita tinnitus bernada tinggi. Perbedaannya mencapai tingkat signifikansi. Sama signifikannya pada tingkat keseluruhan perbaikan pada pasien yang pernah mengalami mengalami tinnitus yang mendadak dibandingkan dengan onset bertahap. Ini dapat terjadi mungkin karena dalam kasus dengan onset mendadak memang memiliki proporsi yang lebih tinggi dengan patologi yang jelas terkait dengan hipoksia di telinga bagian dalam, yang dapat diobati dengan HBO2. Selain itu, pasien yang menderita tinnitus tiba-tiba lebih mungkin untuk berkonsultasi dengan dokter lebih segera dan memperpendek waktu interval antara onset penyakit dan pengobatan HBO2, dibandingkan dengan pasien yang menderita tinnitus onset bertahap. 33
Dalam sebuah studi dikatakan dapat dicapai remisi lengkap sebesar 3,3% yang ditemukan pada mereka yang memulai pengobatan dalam waktu 14 hari setelah onset penyakit. Meskipun asosiasi remisi lengkap dengan faktor ini bermakna secara statistik, itu menyoroti kemungkinan bahwa ini adalah remisi spontan. Pada interval pre-treatment lebih lama dari 14 hari, respons lengkap ditemukan hanya pada 2 pasien, sedangkan 46,1% dari yang lain memiliki beberapa "perbaikan" yang tidak ada dampak signifikan dari lamanya waktu berlalu sebelum HBO2. 33
Banyak laporan menunjukkan efektivitas terapi HBO2 untuk tinnitus, namun mayoritas dari mereka adalah retrospektif dan banyak yang menyarankan menggunakan HBO2 sebagai adjuvant untuk perawatan medis standar. Meskipun demikian, hasil membenarkan bahwa pasien dengan tinnitus, yang telah dirawat secara konvensional, mungkin masih memiliki kesempatan perbaikan kondisi mereka ketika mereka dapat diberikan terapi HBO2 dalam waktu tiga sampai enam bulan. Penelitian-penelitian ini telah menunjukkan bahwa pengobatan hiperbarik oksigenasi dapat menekan tinnitus akut dan bahkan tinnitus yang sudah lebih lama ada. Tampaknya bahwa selama enam bulan pertama, terapi HBO2 memiliki efek positif dan menjanjikan di tinnitus. Namun, perbaikan signifikan pada tinnitus adalah penting ketika terapi HBO2 diberikan dalam tiga bulan pertama pada tekanan antara 2,0 dan 2,5 ATA.30,34
DAFTAR PUSTAKA
1. Stachler RJ, Chandrasekhar SS, Archer SM, Rosenfeld RM, Schwartz SR, Barrs DM, et al. Clinical practice guideline sudden hearing loss: Recommendations of the American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery. Otolaryngol Head Neck Surg. 2012;146:S1.
2. World Health Organization. WHO Grades of Hearing Impairment in Global Burden of Hearing Loss in the Year 2000 [Internet]. 2000 [cited 2016 Mei 10].
Available from: http://www.who.int/healthinfo/statistics/bod_hearingloss.pdf.
3. Vijayendra H, Greeshma Buggaveeti, Bhavin Parikh and R Sangitha. Sudden Sensorineural Hearing Loss: An Otologic Emergency. Indian J Otolaryngol Head Neck Surg. 2012 Mar; 64(1): 1-4
4. Gaitanou Konstantina, George Fildissis, Sofia Zyga and George Baltopoulos. The Clinical Efficacy of Hyperbaric Oxygen Therapy in Idiopathic Sudden Sensorineuraln Hearing Loss and Tinnitus; Research Article. iMedPub Journals. Vol. 10 No. 1: 5, 2015
5. Arslan N, Oguz H, Demirci M, Safak MA, Islam A, Kaytez SK, et al. Combined intratympanic and systemic use of steroids for idiopathic sudden sensorineural hearing loss. Otol Neurotol. 2011;32:393-7.
6. Rauch SD, Halpin CF, Antonelli PJ, Babu S, Carey JP, Gantz BJ, et al. Oral vs intratympanic corticosteroid therapy for idiopathic sudden sensorineural hearing loss: A randomized trial. JAMA.2011;305(20):2071-9
7. Chau JK, Lin JR, Atashband S, Irvine RA, Westerberg BD. Systematic review of the evidence for the etiology of adult sudden sensorineural hearing loss. Laryngoscope. 2010; 120(5):1011-21.
8. Arslan N, Oguz H, Demirci M, Safak MA, Islam A, Kaytez SK, et al. Combined intratympanic and systemic use of steroids for idiopathic sudden sensorineural hearing loss. Otol Neurotol. 2011;32:393-7.
9. Bailey BJ, Johnson JT. Head and neck surgery-otolaryngology. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2006.
10. Bashiruddin J, Soetirto I. Tuli mendadak. In: Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala dan leher. Ed 6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.
11. Toubi E, Ben-David J, Kessel A, Hallas K, Sabo E, Luntz M. Immune-mediated disorders associated with idiopathic sudden sensorineural hearing loss. Ann Otol Rhinol Laryngol.2004;113(6):445-9.
12. Cummings CW, Flint PW, Harker LA, Haughey BH, Richardson MA, Robbins KT, et al. Cummings otolaryngology head and neck surgery. 4th Ed. Philadelphia: Elsevier Mosby; 2005
13. Rauch SD. Clinical practice: Idiopathic sudden sensorineural hearing loss. N Engl J Med. 2008;359:833-40.
14. National Institute of Deafness and Communication Disorders. Sudden Deafness. 2003. http://www.nidcd.nih.gov/health/hearing/Pages/sudden.aspx. [cited 2016 Mei 10]
15. Fortnum H, O’Neill C, Taylor R, Lenthall R, Nikopoulos T, Lightfoot G, et al. The role of magnetic resonance imaging in the identifi cation of suspected acoustic neuroma: A systematic review of clinical and cost eff ectiveness and natural history. Health Technol Assess. 2009;13(18):iii-iv, ix-xi,1-154.
16. Filipo R, Attanasio G, Russo FY, Viccaro M, Mancini P, Covelli E. Intratympanic steroid therapy in moderate sudden hearing loss: A randomized, triple-blind, placebo-controlled trial. Laryngoscope.2013;123(3):774-8.
17. Han CS, Park JR, Boo SH, Jo JM, Park KW, Lee WJ, et al. Clinical effi cacy of initial intratympanic steroid treatment on sudden sensorineural hearing loss with diabetes. Otolaryngol Head Neck Surg. 2009;141(5):572-8.
18. Korpinar S, Alkan Z, Yigit O, Gor AP, Toklu AS, Cakir B, et al. Factors infl uencing the outcome of idiopathic sudden sensorineural hearing loss treated with hyperbaric oxygen therapy. Eur Arch Otorhinolaryngol. 2011;268(1):41-7.
19. Conlin AE, Parnes LS. Treatment of sudden sensorineural hearing loss, I: A systematic review. Arch Otolaryngol Head Neck Surg. 2007; 133(6):573-81.
20. Conlin AE, Parnes LS. Treatment of sudden sensorineural hearing loss, II: A meta-analysis. Arch Otolaryngol Head Neck Surg. 2007;133(6):582-6.
21. Enache R, Sarafoleanu I. Prognostic factors in sudden hearing loss. J Med Life. 2008;1(3):343-7.
22. Filipo R, Attanasio G, Russo FY, Viccaro M, Mancini P, Covelli E. Intratympanic steroid therapy in moderate sudden hearing loss: A randomized, triple-blind, placebo-controlled trial. Laryngoscope. 2013;123(3):774-8.
23. Huda N. Tesis Pengaruh Hiperbarik Oksigen (HBO) terhadap perfusi perifer luka gangrene pada penderita DM DI RSAL Dr. Ramelan Surabaya. FK UI. 2010.
24. Prasetyo A T, Soemantri J B, Lukmantya. Pengaruh kedalaman dan lama menyelam terhadap ambang-dengar penyelam tradisional dengan barotraumas telinga. ORLI Vol.42 No.2. 2012.
25. Anonim. Simposium Hiperbarik Oksigen.2000.
26. Amir, D P, Wahyu A, Wahyuni A. Faktor yang berhubungan dengan Penyakit Dekompresi pada Penyelam Tradisional di Pulau Lae-Lae.2010.
27. Stevani Novita, Natalia Yuwono. Diagnosis dan Tata Laksana Tuli Mendadak. RSUD Landak, Ngabang, Kalimantan Barat, Indonesia. CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013.
28. G Psillas, S Ouzounidou, S Stefanidou, M Kotsiou, G D Giaglis, I Vital, et al. Hyperbaric Oxygen As Salvage Treatment For Idiopathic Sudden Sensorineural Hearing Loss. B-ENT, 2015,11,39-44.
29. Zarenoe Reza Tinnitus in Patient With Sensorineural Hearing Loss-Management and Quality of Life. Sweden: Linkoping University. 2012.
30. Baldwin TM. Tinnitus, a military epidemic: is hyperbaric oxygen therapy the answer? Journal of special operations medicine: a peer reviewed journal for SOF medical professionals. 2008;9(3):33-43.
31. Sadasivan S., et al. Hyperbaric oxygen therapy. Available at: http://www.moh.gov.my/attachments/6369.pdf. Accesed on April 4th, 2014.
32. Ustad F, Ali FM, Ustad T, Aher V, Suryavanshi H. hyperbaric oxygen therapy, HBO, uses of HBO. Uses of hyperbaric oxygen therapy: a review. 2012(293).
33. Bennett MH, Kertesz T, Perleth M, Yeung P. Hyperbaric oxygen for idiopathic sudden sensorineural hearing loss and tinnitus. The Cochrane Library. 2007.
34. Stiegler P, Matzi V, Lipp C, Kontaxis A, Klemen H, Walch C, et al. Hyperbaric oxygen (HBO2) in tinnitus: influence of psychological factors on treatment results? 2006.
30>15>10>0>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar